Chevron Kembangkan Panas Bumi Di Lampung
Salah satu produsen energi terbesar, Chevron Corporation, menambah satu lagi lapangan panas buminya di Tanah Air. Melalui anak perusahaannya PT Chevron Geothermal, Senin, 6 Desember 2010, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini secara resmi mendapatkan izin untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan mengoperasikan lapangan panas bumi di Suoh Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
Areal izin seluas 320 kilometer persegi itu, dikelola oleh Chevron dibawah bendera PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau, yang sahamnya 95% dimiliki Chevron Geothermal dan 5% saham lainnya dimiliki perusahaan Indonesia, PT Austindo Nusantara Jaya.
Menurut Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit (IBU), Stephen W Green, izin usaha pertambangan panas bumi di Suoh Sekincau itu, ditandatangani oleh Bupati Lampung Barat, Muklis Basri, dalam sebuah upacara di, Liwa, Lampung Barat, Senin, 6 Desember 2010. Hadir pula dalam kesempatan itu, para pejabat pemerintah daerah kabupaten dan pimpinan masyarakat.
Sebagai produsen energi panas bumi terbesar di dunia, kami siap menggunakan kesempatan ini untuk menerapkan pengetahuan kami, guna mengakses suatu prospek baru. Juga untuk mendukung target pengembangan panas bumi Indonesia, kata Stephen W Green.
President Director PT Chevron Geothermal Suoh-Sekincau, Keli Taureka mengatakan, keberhasilan perusahaannya memenangkan lelang lapangan panas bumi itu, dilakukan melalui proses yang kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha panas bumi di Indonesia, mempunyai masa depan yang cerah karena meningkatnya kebutuhan atas energi terbarukan, ujar Keli.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Lampung Barat, Muklis Basri mengatakan, pengembangan sumber daya energi panas bumi akan memberikan dampak positif, bagi pertumbuhan daerah yang dipimpinnya. Terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi lapangan panas bumi tersebut.
Chevron sendiri telah mengoperasikan empat proyek panas bumi di Indonesia dan Philipina. Perusahaan multinasional ini telah memasok 1.273 Megawatt (MW) listrik dari panas bumi, kepada masyarakat di dua negara tersebut.
Di Indonesia, Chevron mengoperasikan sepenuhnya lapangan panas bumi Salak, Jawa Barat (Jabar) yang berkapasitas 377 MW. Chevron juga mengoperasikan lapangan panas bumi Darajat, Jabar, berkapasitas 259 MW, dengan kepemilikan 95%.
Chevron mengelola operasinya di Indonesia dan Philipina melalui IndoAsia Business Unit (IBU). Chevron IBU melaksanakan kegiatan hulu dan pembangkitan listrik melalui sejumlah anak perusahaannya. Yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Chevron Indonesia Company (CICo) dibidang eksplorasi serta produksi minyak dan gas.
Dibidang panas bumi, perusahaan ini memiliki Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dan Chevron Geothermal Salak, Ltd. Juga Chevron Geothermal Philippines Holdings Inc. (CGPHI) di Philipina, untuk operasi panas bumi dan listrik. Di Philipina, Chevron mengoperasikan lapangan panas bumi Mak-Ban dan Tiwi, di Provinsi Albay dan Laguna-Batangas.
Mengenal Teknologi Pembangkit Listrik Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya. [sunting] Energi listrik
Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak mempengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
SENIN, 24 MEI 2010 00:00 WIB
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya. [sunting] Energi listrik
Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak mempengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
Sejak energi berbahan bakar fosil diisukan mulai menipis, khalayak mulai mempertanyakan banyak hal; Lalu, bagaimana kita hidup?? Banyak jawaban yang ditawarkan. Di antaranya adalah dengan menghemat bahan bakar fosil tersebut dan mencari sumber energi alternatif.
Menghemat bahan bakar fosil. Sejenak merupakan kebijakan yang sempurna. Akan tetapi, sikap itu kurang menyelesaikan masalah. Apalagi untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan karena bahan bakar tersebut (minyak bumi dan batubara) lama-kelamaan akan habis. Alhasil, kepesimisan ini memaksa manusia untuk memikirkan alternatif kedua, yakni mencari sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif itu adalah energi geothermal atau energi panas bumi.
Energi geothermal adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Panas ini bernilai sangat besar karena setiap penurunan 100 meter akan terjadi kenaikan suhu sebesar 3 Celcius. Panas bumi tertinggi terdapat dalam inti bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa energi yang dihasilkan pun akan banyak juga. Pemilihan energi panas bumi sebagai sumber energi alternatif merupakan pilihan yang tepat. Pernyataan tersebut bukan tidak beralasan karena telah banyak negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada yang menggunakan energi panas bumi untuk mencukupi kebutuhan energi mereka. Beberapa pemanfaatan energi tersebut antara lain adalah untuk memanaskan ruangan agar tetap bersih (steril) dengan cara ekonomis, energi pemompaan, dan yang lebih penting lagi adalah menyediakan kebutuhan akan energi listrik. Selain itu, geothermal bisa dijadikan salah satu solusi ketergantungan kita pada energi fosil.
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu beralih energi geothermal. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Potensi energi geothermal sangat besar
Negara Indonesia dilewati sekitar 20% panjang sabuk api (ring of fire). Jalur ini merupakan jalur dimana gunung api banyak dijumpai. Dari gunung-gunung api inilah sumber panas diperoleh.
Menurut perkiraan yang tercatat hingga saat ini ada sekitar 20 ribu MW setara 40% potensi panas bumi dunia. Akan tetapi, baru sekitar 3-4% saja yang dimanfaatkan. Jelas, ini sebuah peluang yang sangat besar dan perlu dimanfaatkan.
Apabila dikonversikan, potensi panas bumi Indonesia tersebut setara dengan supply minyak bumi sebesar 8 Milyard Barel Ekivalen. Ini masih hanya diperkirakan berdasarkan atas “current technology stages“, efisiensi konversi, serta usia sumur yang mampu dipakai selama produksi/operasi. Hal tersebut disebabkan karena pada prinsipnya daya kalor panasnya sendiri tidak akan habis dalam ratusan bahkan ribuan tahun.
2. Kemudahan teknologi
Energi geothermal merupakan energi yang dihasilkan oleh panas bumi. Panas atau suhu tinggi ini sangat mudah dimengerti sebagai sumber energi. Akan tetapi, perlu adanya transformasi energi ke dalam bentuk energi lain sehingga siap pakai. Saat ini teknologi pemanfataan geothermal sudah ada. namun karena Indonesia termasuk daerah tropis kebutuhan panas ini tidak banyak diperlukan. Jusru kebutuhan pendingin yg diperlukan dan yang diperlukan di Indonesia ini terutama adalah untuk penerangan dan transportasi.
Penerangan di Indonesia hampir 100% mempergunakan listrik. Teknologi konnversi energi panas (steam) menjadi energi listrik sudah terbukti dimana-mana sehingga secara teknologi tidak ada masalah dengan pemanfaatan energi geothermal ini. Juga kebutuhan untuk penerangan dan transportasi jelas ada di Indonesia. Kereta Api listrik di Jakarta sudah sejak lama memanfaatkan listrik sebagai sumber penggeraknya. Hal ini tentunya juga akan sangat mungkin untuk memanfaatkan geothermal sehingga dipergunakan sebagai energi pembangkit energi listrik juga untuk kebutuhan industri (lapangan kerja).
3. Menyelamatkan lingkungan
Pemanfaatan energi geothermal atau secara real dalam bentuk pembangkit listrik bersifat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena Pembangkit energi geothermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik sehingga level emisinya sangat rendah. Ia membebaskan 1 sampai 3% karbondioksida dari yang dikeluarkan energi fosil. Pembangkit tenaga geothermal menggunakan sistem pencuci untuk memebersihkan udara dari hidrogen sulfida (H2S) yang secara alami ditemukan di dalam uap air dan air panas. Pembangkit tenaga geothermal membebaskan kurang dari 97% hujan asam-penyusun sulfur daripada bahan bakar fosil. Setelah uap air dan air dari reservoir tenaga geothermal digunakan, air kemabali diinjeksikan ke tanah. Selebihnya, karena level emisinya rendah, maka pemanfaatannya pun mengurangi keberlanjutan global warming.
4. Tidak membutuhkan pasokan bahan bakar
Setelah dilakukan pembandingan capacity factor, ternyata pembangkit listrik yang mempunyai capacity factor tertinggi adalah pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTG).
Dampak negatif :
Timbulnya keresahan masyarakat, terjadinya gangguan kamtibmas, menurunnya kesehatan masyarakat dan kekhawatiran menjalani kehidupan di bawah bayang-bayang ancaman bencana longsor, gas beracun, amblasan, kekeringan, kebakaran dan serba ketidakpastian tanpa akhir.
Kerugian dengan energi geothermal:
Pembangunan pembangkit tenaga geothermal mempengaruhi kestabilan tanah di beberapa daerah. Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida,nitrit oksida, sulfur meskipun hanya sekitae 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil. Meskipun demikian, pembangkit listrik tenaga geothermal dapat dibangun dengan sedikit emisi-dengan membuat sistem control yang dapat menginjeksikan gas-gas ke dalam tanah dengan mengurangi emisi karbon agar kurang dari 0.1% dari total emisi dengan pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil.Meskipun lapisan geothermal dapat menghasilkan panas dalam beberapa decade akan tetapi secara spesifik beberapa lokasi akan mengalami pendinginan karena pembangunan sumber yang erlalu luas sementara hanya sedikit energi yang tersedia.
SENIN, 24 MEI 2010 00:00 WIB
Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
1. Dry Steam Power Plants
Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.
2. Flash Steam Power Plants
Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai ma-suk kembali ke reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, USA.
3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)
BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah yaitu 90-1750C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo geothermal field, USA. Diperkirakan pembangkit listrik panas bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang.
Khusus untuk PLTP binary cycle, BPPT telah merancang-bangun dan menguji prototype PLTP Binary Cycle kapasitas 2KW dengan menggunakan fluida hidrokarbon sebagai f1uida kerjanya. Selain itu BPPT telah merencanakan kegiatan Pengembangan PLTP Skala Kecil 2010-2014 yang meliputi 2 kegiatan utama, yaitu, pengembangan PLTP Binary Cycle dengan kapasitas 1 MW (target 2014) melalui tahapan prototipe 2KW (2008) dan pilot project 100KW (2012), serta pengembangan PLTP teknologi condensing turbine dengan kapasitas 2-5 MW (2011 dan 2013). (SF)
(ADMINISTRATOR)
Dengan potensi panas bumi yang dimiliki, jika pemanfaatannya optimal Bangsa Indonesia bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan listriknya namun berpeluang untuk dapat menjadi pengekspor listrik berbasis panas bumi. Potensi panas bumi Indonesia saat ini mencapai sekitar 28 GW dan pemanfaatannya baru sekitar 4% (1189 MW).
Untuk lebih mengenal tentang sumber energi yang dihasilkan dari panas bumi berikut dibawah ini penjelasan singkat terkait hal tersebut yang disarikan dari artikel PT Pertamina (Persero) yang ditulis SBTI-Direktorat Umum & SDM, Gilbert Hutauruk.
Panas bumi terletak di bawah kulit bumi, setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan cair tersebut naik sekitar 30 C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batu-batuan maupun lumpur akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 270 C maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 300 C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur bisa mencapai 57-600 C dan pada kedalaman 2 kilometer suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 1200 C atau lebih.
Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batu-batuan panas di mana suhu bisa mencapai 1480C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi karena ada celah atau terjadi retakan di kulit bumi, maka timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring.
Selanjutnya jika air panas alam tersebut bercampur dengan udara karena terjadi fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi ener-gi listrik tentu diperlukan pembangkit (power plants).
Reservoir panas bumi biasanya diklasifi-kasikan ke dalam dua golongan yaitu yang ber-suhu rendah (low temperature) dengan suhu <1500 C dan yang bersuhu tinggi (high temperature) dengan suhu diatas 1500 C. Yang paling baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 500 C.
Pembangkit (power plants) untuk pembang-kit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 F (50 s/d 2500 C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 10220 F atau 5500 C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik geothermal. Keuntungan lainnya ialah bersih dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara. (SF)
JAKARTA. Sudah banyak diulas tentang potensi panas bumi yang dimiliki Bangsa Indonesia. Potensi yang sangat melimpah tidak sejalan dengan pemanfaatannya yang masih minim karena beberapa kendala. Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat Pemerintah untuk tetap berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan potensi yang ada dengan mencari penyelesaian kendala yang ada.
Mengenal Sumber Energi Listrik Berbasis Panas Bumi
MINGGU, 23 MEI 2010 01:17 WIB
Dengan potensi panas bumi yang dimiliki, jika pemanfaatannya optimal Bangsa Indonesia bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan listriknya namun berpeluang untuk dapat menjadi pengekspor listrik berbasis panas bumi. Potensi panas bumi Indonesia saat ini mencapai sekitar 28 GW dan pemanfaatannya baru sekitar 4% (1189 MW).
Untuk lebih mengenal tentang sumber energi yang dihasilkan dari panas bumi berikut dibawah ini penjelasan singkat terkait hal tersebut yang disarikan dari artikel PT Pertamina (Persero) yang ditulis SBTI-Direktorat Umum & SDM, Gilbert Hutauruk.
Panas bumi terletak di bawah kulit bumi, setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan cair tersebut naik sekitar 30 C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batu-batuan maupun lumpur akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 270 C maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 300 C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur bisa mencapai 57-600 C dan pada kedalaman 2 kilometer suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 1200 C atau lebih.
Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batu-batuan panas di mana suhu bisa mencapai 1480C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi karena ada celah atau terjadi retakan di kulit bumi, maka timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring.
Selanjutnya jika air panas alam tersebut bercampur dengan udara karena terjadi fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi ener-gi listrik tentu diperlukan pembangkit (power plants).
Reservoir panas bumi biasanya diklasifi-kasikan ke dalam dua golongan yaitu yang ber-suhu rendah (low temperature) dengan suhu <1500 C dan yang bersuhu tinggi (high temperature) dengan suhu diatas 1500 C. Yang paling baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 500 C.
Pembangkit (power plants) untuk pembang-kit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 F (50 s/d 2500 C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 10220 F atau 5500 C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik geothermal. Keuntungan lainnya ialah bersih dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara. (SF)
(ADMINISTRATOR)
Update Terakhir (Minggu, 23 Mei 2010 01:28)