Dunia Geothermal

Chevron Kembangkan Panas Bumi Di Lampung




Salah satu produsen energi terbesar, Chevron Corporation, menambah satu lagi lapangan panas buminya di Tanah Air. Melalui anak perusahaannya PT Chevron Geothermal, Senin, 6 Desember 2010, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini secara resmi mendapatkan izin untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan mengoperasikan lapangan panas bumi di Suoh Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Areal izin seluas 320 kilometer persegi itu, dikelola oleh Chevron dibawah bendera PT Chevron Geothermal Suoh Sekincau, yang sahamnya 95% dimiliki Chevron Geothermal dan 5% saham lainnya dimiliki perusahaan Indonesia, PT Austindo Nusantara Jaya.

Menurut Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit (IBU), Stephen W Green, izin usaha pertambangan panas bumi di Suoh Sekincau itu, ditandatangani oleh Bupati Lampung Barat, Muklis Basri, dalam sebuah upacara di, Liwa, Lampung Barat, Senin, 6 Desember 2010. Hadir pula dalam kesempatan itu, para pejabat pemerintah daerah kabupaten dan pimpinan masyarakat.

Sebagai produsen energi panas bumi terbesar di dunia, kami siap menggunakan kesempatan ini untuk menerapkan pengetahuan kami, guna mengakses suatu prospek baru. Juga untuk mendukung target pengembangan panas bumi Indonesia, kata Stephen W Green.

President Director PT Chevron Geothermal Suoh-Sekincau, Keli Taureka mengatakan, keberhasilan perusahaannya memenangkan lelang lapangan panas bumi itu, dilakukan melalui proses yang kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha panas bumi di Indonesia, mempunyai masa depan yang cerah karena meningkatnya kebutuhan atas energi terbarukan, ujar Keli.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Lampung Barat, Muklis Basri mengatakan, pengembangan sumber daya energi panas bumi akan memberikan dampak positif, bagi pertumbuhan daerah yang dipimpinnya. Terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi lapangan panas bumi tersebut.

Chevron sendiri telah mengoperasikan empat proyek panas bumi di Indonesia dan Philipina. Perusahaan multinasional ini telah memasok 1.273 Megawatt (MW) listrik dari panas bumi, kepada masyarakat di dua negara tersebut.

Di Indonesia, Chevron mengoperasikan sepenuhnya lapangan panas bumi Salak, Jawa Barat (Jabar) yang berkapasitas 377 MW. Chevron juga mengoperasikan lapangan panas bumi Darajat, Jabar, berkapasitas 259 MW, dengan kepemilikan 95%.

Chevron mengelola operasinya di Indonesia dan Philipina melalui IndoAsia Business Unit (IBU). Chevron IBU melaksanakan kegiatan hulu dan pembangkitan listrik melalui sejumlah anak perusahaannya. Yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Chevron Indonesia Company (CICo) dibidang eksplorasi serta produksi minyak dan gas.

Dibidang panas bumi, perusahaan ini memiliki Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dan Chevron Geothermal Salak, Ltd. Juga Chevron Geothermal Philippines Holdings Inc. (CGPHI) di Philipina, untuk operasi panas bumi dan listrik. Di Philipina, Chevron mengoperasikan lapangan panas bumi Mak-Ban dan Tiwi, di Provinsi Albay dan Laguna-Batangas.

Mengenal Teknologi Pembangkit Listrik Panas Bumi

JAKARTA. Dalam artikel sebelumnya telah dijelaskan bagaimana proses terjadinya panas bumi yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Dalam ulasan selanjutnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknologi pembangkit panas bumi berbasis panas bumi.

Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

1. Dry Steam Power Plants

Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.

2. Flash Steam Power Plants

Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai ma-suk kembali ke reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, USA.

3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)

BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.

Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah yaitu 90-1750C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo geothermal field, USA. Diperkirakan pembangkit listrik panas bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang.

Khusus untuk PLTP binary cycle, BPPT telah merancang-bangun dan menguji prototype PLTP Binary Cycle kapasitas 2KW dengan menggunakan fluida hidrokarbon sebagai f1uida kerjanya. Selain itu BPPT telah merencanakan kegiatan Pengembangan PLTP Skala Kecil 2010-2014 yang meliputi 2 kegiatan utama, yaitu, pengembangan PLTP Binary Cycle dengan kapasitas 1 MW (target 2014) melalui tahapan prototipe 2KW (2008) dan pilot project 100KW (2012), serta pengembangan PLTP teknologi condensing turbine dengan kapasitas 2-5 MW (2011 dan 2013). (SF)