Mengenal Tuban

SEJARAH KOTA TUBAN


Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km.
Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TUBAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata ‘Tubo’ atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.
Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.
Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah. Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.
[ taken from : www.wikipedia.com ]
Entry Filed under: Around Tuban. Tags: , , , .


Sekilas Tentang Tuban JATIM



Alon-Alon Tuban
Jika Anda mampir ke kota TUBAN, jangan sampai Anda tidak membeli Batik Gedog, sebab kalau tidak, anda pasti menyesal. Batik Gedog salah satu produk unggulan, yang sudah melanglang ke mancanegara. Sentra industri di Desa Margorejo, Kecamatan Kerek, sekitar 35 kilometer ke arah barat pusat kota, menawarkan satu bentuk wisata tersendiri. Sambil berburu batik gedog, yang tahun 2002 produksinya 14.800 lembar, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tenun khas Tuban yang didominasi motif burung dan bunga yang masih sangat tradisional: mulai pembuatan benang dari kapas, penenunan, hingga pembatikan.
Tuban juga terkenal dengan sebutan "Kota Seribu Goa". Sebagai daerah pesisir, Tuban yang konon merupakan salah satu pintu masuk menuju Kerajaan Majapahit itu juga kaya akan peninggalan zaman lampau yang kini menjadi daerah tujuan wisata. Antara lain terdapat makam Sunan Bonang, Museum Kambang Putih, Klenteng Kwan Sing Bio, yang dipercaya kelenteng tertua di Indonesia, Meskipun mitos ini belum pernah terbukti, tapi banyak orang-orang Tionghoa percaya. Kepiting sebagai simbol pada pintu gerbangnya, menjadi tempat wisata religius. Juga terdapat pemandian alam Bektiharjo dan pemandian air hangat Prataan. Selain itu juga terdapat wisata air terjun “Nglirip” dan pantai Tuban yang penuh memori berpotensi menyedot pengunjung.

Goa Akbar yang terletak di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, lebih kurang satu kilometer dari pusat Kota Tuban. Berbeda dengan umumnya goa yang kerap menimbulkan kesan menyeramkan dan dihuni banyak kelelawar, goa yang berada di bawah Pasar Baru, pasar utama Tuban, tersebut dikembangkan sebagai obyek pariwisata yang menawarkan kesejukan, kenyamanan, dan keindahan tersendiri. karena guanya luas, tempat ini lebih tertata sehingga terkesan menarik. Dalam sehari ribuan wisatawan yang sebagian besar wisatawan lokal berkunjung ke tempat ini.

Belum ditambah dengan wisata kulinernya, Kota Tuban juga mempunyai makanan dan minuman khas yang sangat menggoda dan dijamin pasti ingin mencicipinya kembali, seperti Rajungan, Pepes belut, Pepes Kodok, Ayam Panggang Bektiharjo, dan untuk minumannya yang sangat menggoda yaitu “Legen”, yang konon bisa meluruhkan sakit batu ginjal. Minuman Legen merupakan minuman khas daerah Tuban terbuat dari air dahan pohon Siwalan yang banyak bertebaran di daerah Tuban dengan tanpa dilakukan fermentasi, rasanya manis khas, segar dan enak, sekali mencicipi pasti dijamin ingin mencicipinya kembali. Tapi sayang, ada beberapa oknum yang sengaja mencampurnya, sehingga rasanya menjadi lain, jadi bagi para wisatawan yang sengaja berkunjung ke kota kami Tuban tercinta, apabila ingin merasakan Minuman Legen asli mesti selektif dan nanya nanya terlebih dahulu kepada masyarakat setempat, dijamin mereka pasti tau dimana bisa mendapatkan Legen asli, dan biasanya membelinya langsung datang kerumah orang yang berjualan. Minuman Legen lebih enak lagi apabila didapatkan pada musim kemarau. Minuman ini sangat cocok sekali apabila dihidangkan dingin-dingin atau diberi es batu. Apabila anda-anda ingin berkunjung ke kota kami atau sekedar ingin melepas lelah dalam perjalanan dan berhenti ke kota kami, jangan lupa untuk rajin bertanya apabila ingin mendapatkan wisata kuliner kota Tuban, dijamin wisata kuliner kota Tuban sangat menyenangkan dan anda akan merasa puas.
Apabila anda sudah puas dengan wisata kulinernya, anda juga bisa mendapatkan oleh-oleh produk olahan laut, sebab Tuban mempunyai produk olahan laut yang sangat layak untuk dijadikan oleh-oleh atau dikonsumsi sendiri, seperti Terasi Tuban, Petis Ikan, Petis Udang, Kerupuk Udang, dan ikan Teri.

Meskipun mempunyai beberapa produk unggulan, secara umum usaha pertanian Tuban, yang menduduki peringkat pertama penyumbang kegiatan ekonomi Tuban tahun 2002 dengan nilai Rp 124,8 miliar, masih bersandar pada produksi tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Kacang tanah dari Tuban juga sudah terkenal dari dulu, bahkan di kota besar seperti Jakarta kacang dari Tuban mempunyai harga paling tinggi di banding dengan kacang dari daerah lain atau bahkan kacang impor, sebab Kacang tanah Tuban bentuknya tidak terlalu besar namun gurih dan manis rasanya walaupun sudah diolah sekalipun, warna kacang tanah Tuban tetap menarik.

Kekayaan hasil laut dari wilayah yang populasi sapi potongnya termasuk empat besar di Jatim itu juga terbilang menggembirakan. Selain tanaman pangan, ekspor berbagai komoditas kelautan cukup berarti nilainya, seperti udang sekitar Rp 5,4 miliar dan teri senilai Rp 46,2 miliar. Tak ayal, ekspor hasil laut ke Singapura, Jepang, Korea, dan Cina menjadi pemasok yang cukup besar bagi sektor pertanian.
Oleh karena itu, meski mempunyai cukup banyak potensi industri olahan, seperti legen dan makanan olahan lain dari Kecamatan Tuban dan Semanding atau gerabah hias di Kecamatan Semanding dan Parengan, kebanyakan hasil industri kecil dan menengah Tuban masih berbicara di tingkat lokal. distribusinya pun hanya menjangkau empat pasar tradisional dan satu pasar hewan.
Sesuai pergeseran peruntukan Tuban dari daerah agraris menjadi daerah industri yang strategis, Pemda Kabupaten Tuban menata wilayah-wilayah industri dengan wilayah pertanian sebagai penyeimbang. Lima kecamatan yang diperuntukkan bagi kawasan industri, yaitu Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, akan ditopang 14 kecamatan lainnya sebagai kawasan hijau.

Dilihat dari segi Obyek wisata dan Geografis, kota Tuban sangat berpotensi menyedot wisatawan, sebab Tuban berada pada jalur Pantura yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke Kota Tuban.

Hasil Olahan Laut sampai Minyak Bumi

DILIHAT dari karakteristik geografis dan potensi alamnya, Kabupaten Tuban tidaklah jauh berbeda dengan daerah lainnya yang berada di pesisir pantai utara Jawa Timur, seperti Kabupaten Gresik dan Lamongan. Selain memiliki daerah pantai yang cukup panjang, yakni sekitar 65 kilometer, wilayah Tuban juga terdiri dari gunung-gunung kapur dan hutan jati yang saat ini sudah mulai habis.
Dengan kondisi alam yang demikian, maka tak heran potensi daerah Tuban menjadi cukup luas, mulai dari laut sampai daratan. Salah satu hasil kekayaan laut Kabupaten Tuban yang sudah dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor adalah potensi ikan teri nasi.
Pengolahan ikan teri yang terdapat di daerah pantai, seperti di Kecamatan Palang, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, hasilnya sudah diekspor ke Jepang. Tidak main-main, kapasitas produksinya mencapai 130 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 3,4 miliar per tahun.

Tak berbeda dengan kekayaan alam lautnya, potensi perut bumi Tuban juga cukup besar. Salah satu di antaranya adalah minyak bumi. Di wilayah Tuban saat ini sedikitnya terdapat sekitar enam daerah yang memiliki cadangan minyak dan gas (migas) yang akan dan sedang dieksploitasi. Beberapa daerah itu di antaranya di Kecamatan Singgahan dengan 20 sumur yang sebagian sumurnya telah dieksploitasi, yaitu Bangilan, Bukar, Parengan, Jenu, Mudi, dan Rengel.
Selain Mobil Oil, perusahaan eksplorasi dan eksploitasi migas yang sudah cukup lama beroperasi di Tuban, yaitu Devon Oil dan JOB Pertamina, serta perusahaan migas dari Cina, Petrochina.

Eksplorasi dan eksploitasi migas di Tuban tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga di lepas pantainya. Pertamina memprediksikan terminal transit bahan bakar minyak di Tuban akan beroperasi tahun 2009. Terminal transit ini dimaksudkan untuk menjamin pasokan bahan bakar minyak ke wilayah Jawa Timur dengan pemasangan pipa aliran bahan bakar minyak dari Tuban ke Surabaya yang panjangnya mencapai 140 kilometer. Lokasi terminal transit di Tuban seluas 40 hektar adalah dengan tangki timbun berkapasitas 450.000 kiloliter karena kondisi daerah Tuban dinilai lebih sesuai dan tidak terlalu jauh dari Surabaya.
Besarnya potensi alam yang dimiliki Kabupaten Tuban memang telah mengundang sejumlah industri untuk berinvestasi di Tuban. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban tampaknya sadar benar akan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari Rencana Tata Ruang Kawasan Industri (RTRKI) yang disusun. Pemkab Tuban akan menyediakan zona industri seluas 49.210 hektar atau 26,74 persen dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tuban.
Menurut informasi yang diperoleh dari Pemkab Tuban, luas areal yang sudah termanfaatkan untuk industri sekitar 29.223 hektar sehingga masih ada sekitar 20.097 hektar lahan yang belum digunakan.


LEGEN DAN TUAK DARI TUBAN

MENGENALI SIWALAN TUBAN
mulai bonjor, centhak, wolo dan gathik

Siwalan adalah tanaman jenis palma yang banyak tumbuh di daerah pesisir yang beriklim panas dan kering dengan hembusan angin laut yang sedikit kuat. Tuban, Lamongan, Gresik, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso dan beberapa daerah sepanjang pantai utara (pantura) Pulau Jawa, adalah daerah endemik pohon Siwalan.

Penulis menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa petani Siwalan di Tuban, tepatnya adalah Pak Sogi dan Pak Rosan di Desa Boto, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Dari dua orang nara sumber inilah tulisan ini bermula, yang ternyata memiliki prospek yang cukup bagus juga.

Siwalan di daerah Kabupaten Tuban seakan menjadi icon daerah ini. Kota Tuban kadang sering disebut Kota Tuak, Kota Tuak Tuban. Di beberapa penjuru kota Tuban banyak ditemui kerumunan orang di pinggir jalan yang duduk-duduk mengelilingi Jerigen Tuak, dengan tuak yang tersaji di gelas-gelas para peminum.

Di sepanjang jalan antara Pakah dan Tuban terdapat banyak sekali deretan warung-warung yang menjual aneka produk Siwalan, seperti Buah Siwalan yang dibungkus plastik, Legen atau Tuak yang dikemas dalam botol Aqua besar dan tanggung, bahkan jerigen yang sekitar 5 literan.

Dulu tuak ditampung dalam bumbung bambu yang panjangnya sekitar 150 cm yang disebut bonjor. Bonjor terbuat dari bambu besar beberapa ruas, yang mana ruas-ruasnya yang menyekat dibuka sehingga ruas-ruasnya terbuka. Bonjor ini biasanya bagian luarnya dililiti oleh anyaman daun siwalan yang melingkari bumbung bambu bonjor. Bonjor bisa menampung sekitar 10-20 liter tuak atau legen. Di ujung mulut bonjor biasanya ditutup dengan belahan pita tipis dari daun Siwalan sebagai alat penutup sekaligus penyaring Tuak atau Legen bila dituang di centhak.

Tempat untuk minum yang khas sebenarnya tebuat dari sekerat bambu. Bambu dengan tinggi sekitar 10 cm yang dijadikan gelas minuman ini disebut centhak. Bibir dan dinding centhak biasanya sudah ditipiskan, sehingga memudahkan apabila dipakai untuk wadah minuman. Sampai sekarang pun centhak masih gampang ditemui di Tuban.

Legen atau Tuak ini sebenarnya adalah air nira yang keluar dari pohon Siwalan melalui tangkai tandan bunga yang dipotong atau diiris atau disadap atau dideres. Tangkai tandan bunga ini lah yang dalam bahasa orang Tuban disebut dengan wolo. Ngunduh tetese wolo berarti memungut tetesan nira dari tangkai tandan bunga yang disadap.

Ada dua macam wolo atau tangkai tandan bunga, yaitu wolo lanang dan wolo wadon. Tangkai tandan bunga jantan dan tangkai tandan bunga betina. Semuanya bisa disadap air niranya. Namun yang pasti diambil niranya adalah yang jantan, sedang yang betina kadang dibiarkan tidak disadap karena dipelihara buahnya.

Wolo tidak begitu saja mengeluarkan niranya, tetapi mesti dilakukan dulu perlakuan agar dapat mengeluarkan nira. Caranya wolo yang sudah hampir maksimal perkembangannya diperlakukan seperti dipijat-pijat atau dijepit dengan dua bilah bambu yang tebal atau gilig. Alat penjepit yang terbuat dari dua bilah bambu itu disebut dengan gathik.

Ada 2 (dua) macam gathik, yaitu gathik untuk bunga jantan bentuknya agak melebar, dan gathik untuk bunga betina biasanya agak gilig atau bulat. Hal ini karena pada tangkai bunga betina posisi menjepinya yang agak susah, karena tangkai tandan bunga betina biasanya agak brendhol-brendhol. Penjepitan wolo dengan gathik ini dilakukan secara terus menerus setiap hari selama 1 minggu. Setelah ada tanda-tanda wolo akan mengeluarkan niranya, maka pemotongan wolo pun akan dilakukan.

Sebenarnya masih banyak istilah-istilah lokal seputar Siwalan dan produknya. Mudahan suatu saat nanti Allah menakdirkan dapat mengunjungi Tuban lagi dan menulis lagi. Atau barangkali ke daerah lain yang memiliki potensi Siwalan sangat bagus, yang bisa digali banyak cerita seputar Siwalan serta istilah-istilah lokal sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia. Biar kita semakin mencintai Indonesia.